Bahagia Syawal dengan Takwa Dikawal

 


Oleh: Isah Azizah


Ramadhan mubarok telah berlalu. Syawal pun menjelang pergi. Kesempatan meraih untuk pahala tambahan puasa 6 hari di bulan Syawal pun akan segera berlalu.


Masih hangat dalam benak bagaimana semangat ibadah di bulan mulia. Semua Muslim berlomba beribadah, bersedekah, dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan yang haram. Jawabannya satu, karena sedang berpuasa.


Namun apa yang terjadi, setelah Syawal? Ibadah kembali mengendur, luntur dan menurun bahkan yang biasa berbuat haram, kembali ke habitatnya lagi. Jawabannya pun satu, karena Ramadhan sudah tak ada. 


Adapun yang ibadahnya menurun, banyak faktor yang menjadi alasan. Ekonomi yang sulit memaksa diri untuk bekerja lebih keras, sehingga semangat  ibadah menurun pasca Ramadhan.


Bahkan, pada masa Ramadhan itu sendiri masih banyak ditemukan sebagian kaum Muslim yang tidak terpanggil untuk berpuasa. Masih banyak remaja yang tidak merasakan puasa sebagai kewajiban yang Allah nilai langsung dengan pahala yang dirahasiakan. Sehingga mereka berani berbohong mengatakan berpuasa di depan orangtua dan gurunya, padahal tidak. Mereka lupa, tidak sadar bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi sekalipun.


Pada ranah negara pun sama saja. Suasana Ramadhan tidak dikondisikan untuk nyaman bagi Muslim berpuasa. Penjagaan ibadah yang nyaman jauh dari harapan. Apalagi ditambah dengan harga barang pokok yang melambung sejak sebelum bulan Ramadhan. Rakyat berbahagia menyambut Ramadhan, tapi nestapa dengan kesulitan mendapatkan barang karena harga semakin melonjak.  


Jika diteliti lebih dalam, mengapa dibulan Syawal ini ibadah kaum muslim melemah, menurun dan luntur, ada faktor internal Muslim dan eksternal.


Adapun faktor internal adalah:

1. Keimanan Muslim yang masih lemah, sehingga semangat ibadahnya terpengaruh oleh orang di luar dirinya. Jika Ramadhan musimnya ibadah, maka Syawal kembali seperti biasa lagi. 

2. Sikap mental yang lemah. Niat hati ingin istiqomah dalam ketaatan di bulan Syawal, jadi urung akibat ledekan  teman, saudara dan tempat bergaulnya. Jadilah keinginan menjadi lebih baik pasca Ramadhan menjadi hilang karena takut dijauhi teman dan tempat pergaulannya.

3. Malas. Faktor ini cukup besar. Hitung-hitungan pahala Matematika yang keliru menjadikannya malas beribadah. Ramadhan semangat karena pahala berlipatganda. Setelahnya, malas karena pahalanya sudah tidak berlipatganda lagi.


Adapun faktor eksternal, adalah lingkungan. Masyarakat yang sudah individualis menjadikan kontroling melemah. Tidak tersuasana saling menasehati dalam kebaikan dan saling melarang dalam kemaksiyatan. Begitupun negara, yang menganut sekulerisme, tak peduli dengan ibadah rakyatnya. Bahkan tak peduli beragama atau tidak.


Lalu, bagaimanakah agar ketakwaan terjaga sepanjang waktu? 

1. Memupuk Iman dengan memaksakan diri melakukan ibadah sehingga akan melahirkan keteguhan hati dalam keistiqomahan. 

2. Mengusir pengaruh buruk dengan menjauhi teman yang mengajak keburukan dan mendekat kepada kelompok pengajian yang intensif dan disiplin agar ilmunya bertambah terus. Dengan begitu, dia terjaga bersama orang-orang yang sama-sama ingin bertakwa.

3. Sabar. Keistiqomahan itu bertali dengan sabar. Karena ketaatan banyak godaan, banyak gangguan dan banyak tantangan. 


Ada yang harus kita benahi juga terkait pemahaman ketakwaan ini. Ada 3 point yang harus difahami. 

1. Takwa adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

2. Takut kepada Allah karena merasa diawasi

3. Mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.


Mari kita ingat kembali bagaimana Allah berfirman tentang ketakwaan ini. Kita mulai dengan firman-Nya tentang puasa.


{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }

[Surah Al-Baqarah: 183]


"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."


Pada ayat lain, kita akan temui bahwa penghantar ketakwaan bukan hanya shaum, tapi ada beberapa penghantar. Diantaranya adalah :


1. Ibadah. Allah SWT berfirman :


{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِی خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }


"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."

[Surah Al-Baqarah: 21]


2. Berpegang teguh pada wahyu Allah


{ وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِیثَـٰقَكُمۡ وَرَفَعۡنَا فَوۡقَكُمُ ٱلطُّورَ خُذُوا۟ مَاۤ ءَاتَیۡنَـٰكُم بِقُوَّةࣲ وَٱذۡكُرُوا۟ مَا فِیهِ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }


"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa.”

[Surah Al-Baqarah: 63]


3. Negara menerapkan qisash


{ وَلَكُمۡ فِی ٱلۡقِصَاصِ حَیَوٰةࣱ یَـٰۤأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }


"Dan dalam qiṣāṣ itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertakwa."

[Surah Al-Baqarah: 179]


4. Berada pada jalan yang lurus


{ وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَ ٰ⁠طِی مُسۡتَقِیمࣰا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِیلِهِۦۚ ذَ ٰ⁠لِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }


"Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa."

[Surah Al-Anʿām: 153]


Allah SWT telah menyiapkan balasan untuk orang-orang yang bertakwa berupa:

1. Pujian dan keberuntungan

2. Dicintai Allah dengan jaminan keselamatan di akhirat

3. Diampuni segala dosa

4. Ditempatkan di Syurga


Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Yunus ayat 25:


وَاللّٰهُ يَدْعُوْآ اِلٰى دَارِ السَّلٰمِ ۚوَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ٢٥


Artinya: "Allah menyeru (manusia) ke Dārussalām (surga) dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki menuju jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk)."


Masya Allah, begitu banyak keuntungan yang akan diraih bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh karena itu, marilah kita berupaya sekuat tenaga agar tetap bertakwa di setiap bulan selain Ramadhan.


Wallahu'alam bishshawab.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama